Rabu, 09 Oktober 2013

EVALUASI PENDIDIKAN



PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah
Salah satu yang harus dilakukan sebagai seorang pendidik adalah harus mengetahui dan memahami evaluasi dalam pembelajaran dengan baik. Jika semua itu dapat dikuasai oleh seoarang guru makaproses belajar mengajar akan berjalan lancar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Evaluasi dilakukan untuk menilai kemampuan dan hasil belajar siswa apakah sudah mencapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran ataukah belum dengan memberikan tes kepada siswa baik lisan maupun tulisan. Secara umum orang hanya mengidentikkan kegiatan evaluasi sama dengan menilai, karena aktifitas mengukur sudah termasuk didalamnya. Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut kaitannya dengan proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan. Oleh karena itu pada makalah yang singkat ini penulis akan membahas tentang evaliasi, penilian dan pengukuran dalam pembelajaran, seberapa penting hal itu dilakukan
  1. Rumusan Masalah


PEMBAHASAN

A.   Pengertian Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam rangka pembelajaran. Penilaian berbasis kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian belajar yang terdapat dalam kurikulum.[1]

B.  Prinsip-prinsip Penilaian Berbasis Kelas
Dalam melaksanakan penilaian berbasis kelas, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang harus digunakan, terutama dalam rangka pencapaian kompetensi, sebagai berikut:
a.  Motivasi, artinya tujuan akhir penilaian berbasis kelas bukan terletak pada pencapaian angka yang tinggi, melainkan terletak pada cara bagaimana memotivasi peserta didik sehingga diperoleh hasil yang maksimum. Hasil penilaian harus dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai penghargaan bagi siswa yang berhasil atau sebagai pemicu semangat belajar bagi yang kurang berhasil.
b.  Valid, artinya penilaian harus memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa, misalnya apabila pembelajaran menggunakan pendekatan eksperimen maka kegiatan melakukan eksperimen harus menjadi salah satu obyek yang dinilai. Oleh sebab itu penilaian tidak menyimpang dari kompeensi yang akan dicapai.
c. Adil, artinya penilaian harus adil terhadap semua siswa dengan tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa, dan jender. Penilaian berbasis kelas menempatkan posisi siswa dalam kesejajaran, dengan demikian setiap siswa akan memperoleh perlakan yang sama.
d. Terbuka, artinya kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas dan terbuka bagi semua pihak (siswa, guru, sekolah, orang tua, dan pihak lain yang terkait).
e. Berkesinambungan, artinya penilaian dilakukan secara berencana, bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa sebagai hasil kegiatan belajarnya.
f. Bermakna, artinya penilaian hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti, berguna dan bisa ditindaklanjuti oleh semua pihak, terutama guru, peserta didik, dan orangtua.
g. Menyeluruh, artinya penilaian dapat dilakukan dengan berbagai teknik dan prosedur termasuk mengumpulkan berbagai bukti hasil belajar siswa. Penilaian terhadap hasil belajar siswa meliputi pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), sikap dan nilai (afektif) yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
h. Edukatif, artinya tidak semata-mata diarahkan untuk memperoleh gambaran kemampuan siswa dalam pencapaian kompetensi melalui angka yang diperoleh akan tetapi hasil penilaian harus memberikan umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru maupun siswa, sehingga hasil belajar akan lebih optimal.[2]

C. Teknik dan Bentuk Penilaian Kelas
1.      Tes
Tes  adalah  alat  atau  prosedur  yang  dipergunakan  dalam pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah oleh testee sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.[3]
Sedangkan Dalam sistem penilaian yang berbasis kompetensi dasar (penilaian berkelanjutan), semua indikator diuji dan hasilnya dianalisis untuk menentukan  kompetensi dasar yang sudah dikuasai dan belum dikuasai oleh peserta didik. Pengembangan sistem penilaian berdasarkan  sistem kompetensi bersifat hirarkis (berurutan)  yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, pencapaian indikator, materi pokok dan instrumen penilaian.[4]
Tehnik penilaian di sekolah dapat berbentuk:
a.    Tehnik berbentuk tes, digunakan untuk menilai kemampuan siswa yang mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan bakat. Beberapa tehnik yang digunakan yaitu tes seleksi, awal, akhir, diagnostik, formatif dan sumatif.
b.    Tes seleksi: dilakukan untuk menyeleksi calon siswa yang akan masuk pada program pendidikan tertentu.
c.    Tes awal (pre-test): tes ini dilakukan sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Biasanya ditekankan pada poin-poin penting yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut.
d.   Tes akhir (post-test): tes ini dilakukan setelah proses belajar mengajar berlangsung bertujuan untuk mengetahui apakah materi yang disampaikan pada proses belajar mengajar telah dikuasai oleh peserta didik atau belum.[5]
e.    Tes diagnostik: digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Tes ini dilakukan pada calon siswa, calon siswa yang sudah akan mulai  mengikuti program pembelajaran dan siswa yang telah mengkuti program pembelajaran.
f.     Tes formatif: dilakukan setiap akhir program untuk mengetahui sejauh mana seorang siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu (ulangan harian).
g.    Tes sumatif: dilakukan setelah berakhirnya  sekelompok program tertentu (ulangan akhir semester/ulangan kenaikan kelas).[6]



2.      Non Tes
Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. Selama ini teknik nontes kurang digunakan dibandingkan teknis tes. Dalam proses pembelajaran pada umumnya kegiatan penilaian mengutamakan teknik tes. Hal ini dikarenakan lebih berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan guru pada saat menentukan siswa.[7]
Tehnik berbentuk non-tes untuk menilai sikap, minat, bakat, dan kepribadian siswa,[8] metode yang bisa digunakan diantaranya:
1.    Skala bertingkat: skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan. Meletakkannya nilainya mulai dari yang rendah ke tinggi sehingga disebut dengan skala bertingkat.
2.    Kuisioner (angket): daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden sehingga diketahui data diri individu, pengalaman, pengetahuan, sikap atau pendapat-pendapatnya yang lain.
3.    Daftar cocok: deretan pertanyaan yang mana responden untuk menjawabnya hanya dengan membubuhkan tanda centang/cocok.
4.    Wawancara: digunakan untuk mendapatkan jawaban dari pihak responden secara sepihak.
5.    Pengamatan:  dilakuakan secara teliti dan sistematis. Macam-macam observasi ada tiga yaitu observasi partisipan, observasi sistematik, dan observasi eksperimental.
6.    Riwayat hidup: menggambarkan keadaan seseorang selama hidupnya.[9]

D.,Bentuk Penilaian Kelas
Bentuk-bentuk atau jenis-jenis penilaian kelas menurut Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta sebagaimana dikutip oleh Zainal Arifin:
1.    Tes tertulis. Tes ini dapat diberikan pada ulangan harian dan ulangan umum. Tes tertulis bisa berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, isian singkat, dan uraian. Tes yang digunakan di sekolah biasanya dikategorikan menjadi dua macam, yaitu: tes objektif dan tes non-objektif. Tes objektif dapat dilihat dari sistem penskorannya yaitu siapa saja yang memeriksa jawaban peserta didik akan mendapatkan hasil nilai atau skor yang sama. Sedangkan tes non-objektif yaitu tes yang sistem penskorannya dipengaruhi oleh keadaan psikis si korektor.[10]
2.    Tes perbuatan dan sikap. Dapat dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
3.    Pemberian tugas. Pemberian tugas hendaknya tidak terlalu banyak sehingga tidak memberatkan peserta didik, materi tugas harus didasarkan pada tujuan penberian tujuan tugas tersebut dan diupayakan dapat mengembangkan kreatifias dan rasa tanggung jawab serta kemandirian.[11]
4.    Penilaian proyek yaitu penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu.
5.    Penilaian produk. Penilaian terhadap penguasaan ketrampilan peserta didik dalam membuat suatu produk dan penilaian kualitas hasil kerja tertentu.
6.    Penilaian fortofolio. Berbasis terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.[12] Cara ini dapat dilakukan dengan baik jika peserta didik yang dinilai tugas atau karyanya tidak banyak.[13]
Beberapa alat penilaian yang digunakan dalam penilaian berbasis kelas:
1.    Kuis: pertanyaan ini diajukan kepada peserta didik untuk mengetahuitingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan. Apabila peserta didik belum menguasai kompetensi (materi) maka sebaiknya seorang guru menjelaskan kembali materi tersebut secara singkat dengan mengguanakn metose  yang berbeda.
2.    Pertanyaan lisan di kelas: dapat berupa konsep, prinsip atau teori. Pertanyaan ini diajukan kepada peserta didik kemudian peserta didik diberi waktu untuk berfikir dan atau berdiskusi. Apabila diskusi tersebut mengalami kebuntuan maka  guru langsung mengklarifikasi dan menyimpulkan dari jawaban-jawaban peserta didik.
3.    Ulangan harian: dilakukan secara periodik, misalnya pada beberapa indikator. [14]
4.    Tugas individu: biasanya diberikan setiap minggu dengan bentuk soal atau tes uraian objektif maupun non-objektif.
5.    Tugas kelompok: bertujuan untuk menilai kemampuan kerjasama peserta didik dalam sebuah tim. Biasanya bentuk soal uraian dengan tingkat berfikir tinggi dan komplek yaitu aplikasi dan evaluasi.
6.    Ulangan semester: materi yang diujikan berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan. Tingkat berfikir yang terlibat yaitu mulai dari pemahaman sampai dengan evaluasi.
7.    Ulangan kenaikan kelas
8.    Laporan praktikum: hanya dipakai dalam mata pelajaran tertentu yang aa praktikumnya, mialnya biologi, fisika dan kimia.
9.    Ujian praktik: bertujuan untuk mengetahui penguasaan akhir peserta didik baik dalam kognitif, afektif dan psikomotorik. Ujian ini bisa dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan praktikum.[15]

E. Mekanisme dan Prosedur Penilaian Kelas
Mengingat pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan, maka upaya merencanakan dan melaksanakan penilaian hendaknya memperhatikan beberapa mekanisme dan prosedur penilaian. Dalam kamus besar bahasa Indonesia prosedur adalah tahap-tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktifitas .[16] sedangkan mekanisme adalah cara kerja  suatu system (organisasi, sekolah, dsb).[17]
Ada beberapa langkah atau prosedur yang dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan proses penilaian hasil belajar, yakni:
a.    Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran. Mengingat fungsi penilaian hasil belajar adalah mengukur tercapai tidaknya tujuan pengajaran maka perlu dilakukan upaya mempertegas tujuan pengajaran sehingga dapat memberikan arah terhadap penyusunan alat-alat penilaian.
b.    Mengkaji kembali materi  pengajaran berdasarkan kurikulum dan silabus mata pelajaran.
c.    Menyusun alat-alat penilaian tes maupun non tes. Yang cocok digunakan dalam menialai jenis-jenis tingkah laku yang tergambar dalam tujuan pengajaran.
d.   Menggunakan hasil-hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilaian tersebut, (pendiskripsiaan kemampuan sisiwa, kepentingan perbaiakan pengajaran, kepentingan bimbingan belajar dll).[18]



PENUTUP

Kesimpulan
Penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam rangka pembelajaran.
Dalam melaksanakan penilaian berbasis kelas, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang harus digunakan, terutama dalam rangka pencapaian kompetensi, sebagai berikut: Motivasi, Valid, Adil, Terbuka, Berkesinambungan.
Teknik dan bentuk penilaian kelas diantaranya adalah Tes dan Non Tes
Bentuk-bentuk atau jenis-jenis penilaian kelas menurut Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta sebagaimana dikutip oleh Zainal Arifin: Tes tertulis. Tes perbuatan dan sikap. Pemberian tugas. Penilaian proyek, Penilaian produk. Penilaian fortofolio.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia prosedur adalah tahap-tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktifitas . sedangkan mekanisme adalah cara kerja  suatu system (organisasi, sekolah, dsb).















DAFTAR PUSTAKA

Al-bary, Muhammad dahlan, Kamus induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual, (Surabaya: Target Press, 2003.
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Haryati, Mimin, Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi: Teori dan Praktik, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007.
Purwanto, M. Ngalim, Prinsip-prinsp dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa.kamus besar bahasa Indonesia, Jakarta: balai pustaka,1989.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1998.
Sujana, Nana, Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.
Sumarna Sudrapranata dan Muhammad Hatta,  Penilaian Berbasis Kelas: Penilaian Portopolio Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta, Penilaian Portofolio, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Cet.4, (Jakarta:Kencana,2008), hal.185





[1] Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, Penilaian PORTOFOLIO Implementasi Kurikulum 2004,Cet.1, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 5
[2] Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Cet.4, (Jakarta:Kencana,2008), hal.185
[3] Prof.Drs. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan,Ö h-67
[4] Mimin Haryati, Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi: Teori dan Praktik, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), cet. Ke-II, 48-49
[5] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1998), cet. Ke-II, 68-70
[6] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 36-44
[7] Ngalim Purwanto, M, “PRINSIP-PRINSIP DAN TEKNIK EVALUASI PENGAJARAN”,PT    Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009
[8] M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsp dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-13, 109
[9] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 29-34
[10] Mimin Haryati, Sistem.........,49-50
[11] Sumarna Sudrapranata dan Muhammad Hatta,  Penilaian Berbasis Kelas: Penilaian Portopolio Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), cet. Ke-IV, 18-19
[12] Zainal Arifin, 190-191
[13] Mimin Haryati, Sistem.........,54
[14] Zainal Arifin,192-193
[15] Mimin Haryati, Sistem........., 56-57
[16] Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa.kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta: balai pustaka,1989), 703
[17] Muhammad dahlan Al-bary, Kamus induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual, (Surabaya: Target Press, 2003), 169
[18] Nana Sujana, Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), 9.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar